Cerpen Taufik Ikram Jamil : Batu Menjadi

DAERAH kami menunggu takdir buruk; inilah sesuatu yang pasti, lalu mengapa masih ada ketakutan dalam menghadapi kepastian?

Entahlah. Tapi apakah yang dapat kalian rasakan ketika melihat bebatuan bergulung-gulung, bergerak cepat menerjang segala yang melintang, membujur lalu setiap halangan. Gulungan batu yang terus membesar dan membesar.

Cerpen M. Arman AZ : Lelaki dan Sekuntum Kamboja

Apakah yang menarik di sebuah tempat bernama kuburan, selain pohon-pohon kamboja, makam-makam yang bertaburan, lirih angin mencekam, dan sunyi menikam? Siapa pula yang mau menyambangi tempat beraroma angker itu, kecuali pada saat-saat tertentu seperti hari raya atau penguburan jenazah?

Cerpen Iwan RS : Nyonya Alvi dan Mawar Hitam

Nyonya Alvi tentulah ia seorang yang baik, ramah, dan boleh jadi sangat perhatian. Suatu kali ia pernah mengingatkan kerah bajuku yang kurang pas. Hal kecil sebenarnya tapi amatlah berarti semestinya ditaruh dalam hati. Itulah barangkali yang membuatku kerasan ngobrol dengannya. Obrolan kami tidaklah lebih dari soal bunga, lain dari itu secuil saja. Sesekali pernahlah kami ngobrol selain bunga, tapi bicara selain bunga hanyalah bumbu untuk ngobrol soal bunga. Hmm, Nyonya Alvi ia begitu tergila-gila akan bunga.

Cerpen Satmoko Budi Santoso : Perempuan Ditingkap Purnama

Bukankah sudah lama kita duga di loteng ini tak ada surga dan kau, aku, mereka, tak mencarinya *

1.

IA melirik ke dalam makam, begitu sampai di pintu keluar. Angin berkesiur, meruapkan bebauan bunga kamboja. Cahaya petang berkeredap. Nisan yang ia lirik dari kejauhan telah berganti nama dirinya. Ia lega. Sudah bertahun-tahun ia tak menziarahi nisan itu, sampai ditandai dengan rambut yang memutih, bercak recak pada pipi bulat-bulat menghitam, dan sorot mata yang dirasakannya tambah merabun.